JAKARTA, Jobuzo – Seiring digelarnya Draft NBA 2025 pada Rabu (25/6) dan Kamis (26/6) di Barclays Center, New York, salah satu prospek internasional paling menarik yang menunggu giliran adalah Yang Hansen, seorang center berpostur 7 kaki 1 inci (2,16 meter) berusia 19 tahun asal Beijing.
Dikenal karena gerakan kakinya yang lincah, kemampuan melindungi ring, dan permainan ofensif yang terus membaik, Yang Hansen sering dibandingkan dengan legenda-legenda China sebelumnya dan memikul harapan bangsa di pundaknya.
Sebagai produk dari sistem pengembangan Shanghai Sharks, klub yang juga membantu meluncurkan karier legendaris Yao Ming, Yang Hansen berharap menjadi pemain kedelapan dari China Daratan yang bermain di NBA.
Meskipun dia mungkin tidak diprediksi terpilih, potensi dan ukuran tubuh menjadikannya prospek menarik bagi tim yang ingin berinvestasi dalam pengembangan jangka panjang.
Jika namanya dipanggil, Yang Hansen akan bergabung dengan kelompok eksklusif pebasket asal China Daratan yang telah meninggalkan jejak di NBA.
Daftar tersebut dimulai dengan Wang Zhizhi, yang membuka jalan baru pada 2001 sebagai pemain pertama dari China yang tampil dalam sebuah pertandingan NBA. Kehadirannya menandai titik balik bahwa China secara resmi hadir di panggung basket terbesar.
Dipilih pada 1999 namun baru diizinkan meninggalkan China dua tahun kemudian, Wang Zhizhi bergabung dengan Dallas Mavericks, menunjukkan kemampuan menembaknya dalam waktu bermain yang terbatas.
Dia kemudian pindah ke Los Angeles Clippers dan Miami Heat. Musim terbaiknya terjadi bersama Clippers, di mana dia rata-rata mencetak lebih dari 5 poin per pertandingan.
Setelah meninggalkan NBA pada 2005, Wang Zhizhi kembali ke China dan mendominasi di kompetisi Asosiasi Bola Basket China (Chinese Basketball Association/CBA) bersama Bayi Rockets. Dia bermain hampir satu dekade lagi dan memimpin timnya meraih gelar juara pada 2007.
Setelah pensiun, Wang Zhizhi beralih ke bidang kepelatihan dan menjadi mentor bagi prospek muda China, terus membesarkan olahraga bola basket di tanah airnya.
Selanjutnya datang Mengke Bateer, seorang center bertubuh besar dari Mongolia Dalam yang bergabung dengan Denver Nuggets pada 2002, tetapi tidak melalui jalur draft.
Seorang bigman yang mengutamakan umpan, Mengke Bateer menjadi pemain China pertama yang menjadi starter dalam sebuah pertandingan NBA.
Meskipun karier NBA-nya singkat, Mengke Bateer meraih prestasi unik, yaitu menjadi pemain China pertama yang memenangkan gelar juara NBA, bersama San Antonio Spurs pada 2003.
Setelah masa baktinya di NBA, Mengke Bateer kembali ke CBA dan menjadi pilar utama di Beijing Ducks dan tim-tim lain. Dia akhirnya pensiun dan tetap aktif di lingkaran basket China, melatih dan menginspirasi atlet muda dari latar belakang minoritas.
Selanjutnya datang figur paling berpengaruh, yakni Yao Ming yang tidak hanya menjadi bintang basket, tetapi juga menjadi seorang ikon global.
Dipilih oleh Houston Rockets dalam Draft NBA 2002, Yao Ming menjadi pemain internasional pertama yang dipilih di urutan pertama draft tanpa pengalaman NCAA atau Eropa.
Sebagai center dengan tinggi 7 kaki 6 inci (2,29 meter), Yao Ming memukau penggemar dengan kombinasi langka antara tinggi badan, keterampilan, dan ketenangan.
Dia berhadapan dengan legenda NBA seperti Shaquille O’Neal, delapan kali masuk All-Star, dan rata-rata mencetak hampir 20 poin dan 10 rebound sepanjang kariernya. Cedera kaki berulang memaksa Yao Ming pensiun pada 2011. Namun, pengaruhnya semakin besar.
Yao Ming meraih gelar sarjana bisnis, memimpin upaya konservasi satwa liar, dan pada 2017 menjadi presiden CBA, dengan dirinya berperan sentral dalam mereformasi bola basket domestik. Pada 2016, dia masuk Naismith Basketball Hall of Fame.
Yao Ming tidak hanya mewakili China, dia mendefinisikan ulang peran seorang superstar internasional di NBA. Dampaknya melampaui lapangan basket, membantu meningkatkan popularitas NBA di seluruh Asia.
Ketika Yi Jianlian dipilih di urutan keenam oleh Milwaukee Bucks pada 2007, dia dianggap sebagai bintang NBA berikutnya dari China.
Seorang forward yang lincah dan pandai menembak, dia menunjukkan kilasan kehebatan, terutama selama musim 2009-2010 bersama Nets, dengan membukukan rata-rata 12 poin dan 7 rebound. Sayangnya, inkonsistensi, kekuatan fisik, dan masalah pertahanan mengganggu karier NBA-nya, yang berakhir pada 2012.
Kembali ke CBA, Yi Jianlian berkembang pesat. Dia memenangkan beberapa gelar juara bersama Guangdong Southern Tigers dan menjadi MVP liga.
Kontrak singkatnya dengan Los Angeles Lakers pada 2016 tidak membuahkan hasil, dan dia resmi pensiun pada 2023, menutup karier profesionalnya selama 21 tahun sebagai salah satu pemain paling berprestasi di China.
Sun Yue, seorang guard serbabisa dengan tinggi 6 kaki 9 inci (2,05 meter) yang dipilih oleh Lakers pada 2008, menjadi harapan China berikutnya.
Dia hanya bermain dalam 10 pertandingan pada musim 2008-2009, sebagian besar waktunya dihabiskan di G League, tetapi menjadi bagian dari skuad juara NBA 2009. Sayang, masalah kesehatan dan waktu bermain menyudahi kariernya di NBA.
Sun Yue pun kembali ke China. Dirinya memenangkan dua gelar CBA bersama Beijing Ducks dan mengakhiri kariernya bersama Beijing Royal Fighters, pensiun pada 2021. Pada 2024, kedua tim mengumumkan rencana untuk memensiunkan jersey nomor 9 miliknya.
Hampir 10 tahun kemudian, Zhou Qi, seorang forward/center dengan rentang lengan yang panjang dan kemampuan memblokir tembakan, bergabung dengan Houston Rockets pada 2017.
Dia menunjukkan potensi sebagai pemain defensif, tetapi kesulitan beradaptasi dengan tempo dan fisik NBA. Dia hanya bermain dalam total 19 pertandingan selama dua musim sebelum kembali ke China.
Zhou Qi memulihkan performanya bersama Xinjiang Flying Tigers dan sempat bermain di kompetisi NBL Australia bersama South East Melbourne Phoenix. Kini kembali ke CBA, Zhou Qi masih menjadi bagian penting dari tim nasional China dan liga domestik.
Yang teranyar, pada 2024, NBA menyambut pemain ketujuh dari China Dratan, Cui Yongxi, seorang guard energik dengan tinggi 6 kaki 5 inci (1,95 meter).
Dengan menandatangani kontrak “dua arah” bersama Brooklyn Nets, Cui Yongxi melakukan debutnya di pertandingan pramusim pada 27 Oktober tahun lalu, menunjukkan potensi dengan intensitas pertahanan dan tembakannya.
Sayangnya, cedera robek ACL pada Desember 2024 secara tiba-tiba mengakhiri musim rookie-nya. Namun, perjalanannya belum berakhir. Seperti mereka yang datang sebelumya, Cui Yongxi fokus pada pemulihan untuk kembali lebih kuat.
Kini, sorotan akan beralih ke Hansen. Saat menanti nasibnya di draft, dia tidak hanya mewakili prospek besar China berikutnya, tetapi juga berpotensi menjadi jembatan antara NBA dan negara dengan populasi terbesar di dunia. (Xinhua)
Menilik Kelompok Eksklusif Pebasket China Daratan yang Bermain di NBA